Kau Abai, Aku Pergi

Kau Abai, Aku Pergi

Diposting pada

Aku adalah hujan yang mengetuk jendela,
kau hanya tirai yang tak pernah terbuka.
Aku adalah pagi yang menyapa lembut,
kau sibuk mengejar malam yang tak peduli.

Kau abai—
saat aku menanam kata di ladang harap,
kau biarkan ia layu tanpa sempat tumbuh.
Aku menunggu,
dengan sabar yang perlahan berubah jadi luka.

Aku bukan debu yang kau singkirkan,
bukan juga rinai hujan yang kau diamkan.
Aku cinta yang kau biarkan layu,
di sudut hati yang kau anggap sepi.

Kau sibuk mengejar bayang-bayang,
lupa pada cahaya yang setia menunggu.
Kau hitung bintang di langit orang,
lupa pada bulan yang selalu menemanimu.

Sekarang aku pergi,
bukan karena kalah,
tapi karena lelah jadi pilihan kedua
dalam cerita yang bahkan bukan milikku.

Jangan cari aku ketika kau sadar,
karena aku sudah belajar
untuk tak lagi menengok ke belakang.

Aku pergi—
bukan karena tak cinta,
tapi karena cinta tak bisa hidup sendiri.
Seperti lilin yang padam
meski masih punya sumbu dan nyala.

Kini aku angin,
menyusup ke celah yang tak kau jaga.
Bukan untuk kembali,
tapi untuk menghapus jejak yang pernah ada.