Kita bukan dua arus yang terpisah,
Tapi sungai yang mengalir dalam satu nama
Di setiap detik, di setiap helaan nafas,
Kau adalah ruang yang kupanggil “rumah”
Jarum jam boleh saja merayap pelan,
Tapi kita menciptakan waktu yang tak terbaca
Di antara sekian banyak bintang yang redup,
Kita adalah dua titik cahaya yang saling menyapa
Ada yang bertanya, “Apa arti kebersamaan?”
Kutunjuk senyummu yang diam-diam kau sembunyikan
Tak perlu kata
kita sudah mengerti,
Seperti bumi paham kapan hujan akan turun
Jika suatu hari nanti langit gelap,
Dan jarak mencoba mencuri rindu,
Ingatlah: kita bukan dua, tapi satu
Dua hati yang berdetak dalam nadi yang sama
Aku takkan menjanjikan selamanya,
Karena kita sudah melewati “sekarang” dengan sempurna
Di sini, di antara debar dan sunyi,
Kita adalah puisi yang tak perlu diterjemahkan
Mungkin dunia akan sibuk berlari,
Tapi kita punya cara sendiri untuk diam
Di dalam diam itu, kau dengar bukan?
Betapa jantungku menyebut namamu tanpa suara
Jika nanti usia memutihkan rambut,
Dan ingatan mulai rapuh diterjang waktu,
Biarlah tubuh ini lupa segalanya
Asal tak lupa caranya mencintaimu
Maka biarkan kita tetap begini:
Dua insan, satu cerita.
Tak perlu deklarasi atau panggung megah
Cukuplah tanganmu yang kutahu selalu mencari tanganku